MANUSIA DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

Posted by Unknown On Tuesday 8 November 2011 1 comments


A.    Pendahuluan
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.[1]
Pada kesempatan kali ini pemakalah membahas manusia dalam berbagai perspektif ; Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Islam. Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan ini dan hubungannya dengan filsafat pendidikan islam adalah sebagai dasar bagi perumusan tujuan pendidikan dan memberi gambaran pendekatan yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Hal ini pentig, mengingat manusia dalam kegiatan pendidikan merupakan subjek dan objek yang terlibat di dalamnya.

B.     Pembahasan
1.      Manusia Menurut Pandangan Ilmu Pengetahuan
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi. Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia.
Diantara karakteristik manusia adalah :
a.       Aspek Kreasi
b.      Aspek Ilmu
c.       Aspek Kehendak
d.      Pengarahan Akhlak[2]
2.      Manusi menurut pandangan filsafat
Setidaknya ada empat pandangan yang berbicara mengenai hakikant manusia dalam pandangan filsafat:
a.       Aliran serba Zat
Menyatakan bahwa hakikat manusia adalah zat atau materi. Dari proses kejadiannya, yakni bertemunya sperma laki-laki kedalam sel telur perempuan yang kemudian menjadi janin dan lahir ke dunia. Aliran ini mengatakan bahwa apa yang disebut ruh atau jiwa, pikiran, perasaan (tanggapan, kemauan, kesadaran, ingatan, khayalan, asosiasi, penghayatan dan sebagainya) dari zat atau materi yaitu sel-sel tubuh[3]. Kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya juga berasal dari materi (Pandangan Materialistis). Hal-hal yang bersifat ukhrowi (akhirat) dianggap sebagai khayalan belaka.
b.      Airan Serba Ruh
Merupakan lawan dari aliran serba zat. Mereka mengatakan bahwa yang ada dalam manusia sebenarnya adalah ruh. Sedang zat hanya manifestasi ruh di dunia ini. Hal ini berdasarkan bukti bahwa ruh lebih tinggi nilainya daripada zat.
c.       Aliran Dualisme
Merupakan aliran yang mencoba menggabungkan kedua aliran sebelumnya. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah makhluk dualisme, terdiri dari ruh dan badan (Zat). Antara keduanya terjadi hubungan kausalitas. Ruh dan badan berbeda dan tidak bergantung satu sama lain. Degan artian ruh tidak berasal dari badan, begitu pula sebaliknya.
d.      Aliran Eksistensialisme
Aliran yang terakhir ini terfokus kepada mana yang merupakan eksistensi atau wujud dari manusia, apa yang menguasai manusia secara menyeluruh, dan cara beradanya manusiadi dunia ini. Aliran ini berbeda dari tiga aliran sebelumnya. Aliran ini timbul dari pemikiran para ahli filsafat moderen.
3.      Manusia menurut pandangan agama
Menurut islam, bukan sekedar ‘Homo Erectus Berkaki Dua’ yang dapat berbicara dan berkuku lebar. Akan tetapi manusia menurut pandangan islam dapat kita lihat dari al-Qur’an dan al-hadist.
Pertama, al-Qur’an menyebut manusia dengan Insan. Insan (jamaknya al Nas) dapat di lihat dari banyak asal kata. Insan di lihat dari anasa artinya melihat (QS 20:10), mengetahui (QS 4:6), dan meminta izin (QS 24:27). Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan penalaran manusia. Ia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui benar dan salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Sedang insan dilihat dari kata nasiya berarti lupa, yang berkaitan dengan kesadaran manusia. Jika dilihat dari asal kata al-Uns atau anisa berarti jinak. Dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kaitan erat dengan pendidikan jika di artikan dengan anasa, sebagai makhluk yang pelupa, dan sebagai makhluk yang tidak liar serta memiliki tata aturan etik, sopan santun dan berbudaya.
Kedua, Alqur’an juga menyebut manusia sebagai basyar. Pemakaian kata basyar di beberapa tempat dalam alqur’an seluruhnya memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah anak adam yang bisa makan dan berjalan di pasar-pasar, dan di dalam pasar itu mereka saling bertemu atas dasar persamaan[4]. Dengan demikian kata basyar mengacu pada aspek lahiriyah manusia _bentuk tubuh, makan, minum dan kemudian mati (QS 21:34-35). Sebagaimana di dalam alqur’an disebutkan sebagai jawaban pertanyaan yang dilontarkan kepada rasulallah SAW yang artinya sebagai berikut:
Katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : “bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu tuhan yang esa”. Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang salehdan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada tuhannya”.
Dari kedua kata di atas insan dan basyar menunjukan dua dimensi manusia. Kata insan menunjukan kepada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedang kata basyar digunakan untuk menunjukan pada dimensi alamiah manusia, yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum dan kemudian mati.
Lebih lanjut, pandangan islam mengenai proses kejadian manusia dapat dilihat dalam surat al-Mukminun 12-14:
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Dan juga surat ash-Shad ayat 72

#sŒÎ*sù ¼çmçG÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ
72. Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

Di dalam al_Hadit juga dijelaskan mengenai proses kejadian manusia, Rosulallah SAW bersabda: “Bahwasannya seorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian merupakan laqah (segumpal darah) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian merupakan mudgatan (segumpal daging) seumpama demikaian (selama 40 hari). Kemudian allah mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepadanya (malaikat) empat perkataan dan dikatakan kepada malaikat engkau tuliskanlah amalnya, dan rizkinya dan azalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah kepada makhluk itu ruh” (H.R Bukhari)
Di sini dapat dikatakan bahwa manusia terdiri dari dua substansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan. Berbeda dari malaikat yang hanya merupakan makhluk ruhaniyah (bersifat ruh semata) dan hewan, makhluk yang bersifat jasad material.

C.    Penutup
Demikianlah berbagai pandangan mengenai manusia yang sekiranya dapat membantu di dalam perumusan dasar tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di awal. Dari bahasan ini semoga dapat bermanfaat bagi kita untuk selalu erkaca diri bahwa betapa tinggi posisi kita di alam ini, yang kemudian dapat kita aplikasikan di setiap kegiatan untuk selalu berbuat yang terbaik.


[2] http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html
[3] Sidi gazalba, Sistematika Filsafat, 1979, Bulan Bintang, Jakarta, Hal 393
[4] Abudinata, Filsafat Pendidikan Islam, 1997, Logos Wacana Ilmu, Ciputat, Hal.30

1 comments:

Unknown said...

makasih ya .. sangat bermanfaat

Post a Comment