MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Posted by Unknown On Tuesday, 8 November 2011 0 comments


Pendahuluan
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan satu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang oftimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system pemgelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentrelesasi. Model pengembangan yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistic, teknologis dan rekonstruksi social.[1]

Pembahasan
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya, diantaranya adalah:
  1. Model Administratif
Model administratife atau garis-komando (line-Staff) merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal. Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara ker ja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Ø  Administrator Pedidikan/ Top Administrative Officers (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
Ø  Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyaipkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.

Ø  Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruh komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Ø  Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu. Karena pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas kebawah, maka akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal inidisebabkan adanya tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratifm kita dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:[2]
a.       Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b.       Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, midel administratif/ garis-komando membutuhkan kegiatan pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.
  1. Model Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan lawan/kebalikan dari model pertama inisiatif dan pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat top-down (atasan-bawahan), sedangkan model grass – roots adalah bottom – up (dari bawah keatas). Lebih lanjut juga bisa diketahui bahwa model pengembangan kurikulum yang pertama digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan / kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersipat desentralisasi.
Dalam model pengembangan yang bersifat grass-roots seorang (guru) dapat mengupayakan pengembangan komponen- komponen kurikulum dapat keseluruhan, dapat pula sebagian dari keseluruhan komponen kurikulum atau keseluruhan dari seluruh komponen kurikulum. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
  1. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
  • Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
  • Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
  • Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
  • Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
  • Evaluasi kurikulum.
  1. Model arah terbalik Taba
Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif menjadi induktif, dengan urutan:
  • mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
  • menguji unit eksperimen
  • mengadakan refisi dan konsolidasi
  • pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
  • implementasi dan diseminasi
  1. Model Rogers
Cari Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
  • pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
  • pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
  • pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
  • Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
  1. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-rotss, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:[3]
·         Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
·         Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang lain  yang berbeda dengan yang berlaku.
  1. The Systematic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum meerupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian ornang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pols hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan propesional.
Penyusunan kurikulum ini harus memasuka pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalha dengan prosedur action research:
o   Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalh kurikulum, berupa pengumpulan data bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengruhi masalah tersebut.
o   Implementa si dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama. Tindakan ini segera diikutioleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta
  1. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu diantaranya:
o   Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
o   Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
o   Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.

Penutup
Dalam pengembangan model kurikulum, sedapat mungkin didasarkan pada paktor-paktor yamg konstan, sehingga ulasan mengenai model-model yang dibahas dapat dilakukan secara konsisten. Faktor-fajtor konstan yang dimaksud adalah dalam pengembangan model kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambarkan dalam proses pengembangan tersebut.[4]
Demikianlah pembahasan makalah yang cukup singkat dan sederhana ini semoga bisa bermanf’at bagi kita semua...Amien


[1] Prof. Dr. Nana syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 2001, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 161
[2] Dr, Dimyati, Drs. Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, 2006, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 281
[3] Prof. Dr. Nana syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 2001, Remaja Rosdakarya, Bandu, Hal.165
[4] Dr. Abdullah idi, M.Ed, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek, 2007, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, Hal.154

0 comments:

Post a Comment