Pendahuluan
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan
satu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya
serta kemungkinan pencapaian hasil yang oftimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan system pendidikan dan system pemgelolaan pendidikan yang dianut serta
model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam
system pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan
yang desentrelesasi. Model pengembangan yang sifatnya subjek akademis berbeda
dengan kurikulum humanistic, teknologis dan rekonstruksi social.[1]
Pembahasan
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan
kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya, diantaranya
adalah:
- Model
Administratif
Model administratife atau garis-komando (line-Staff) merupakan pola
pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang paling dikenal. Model
pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara ker ja atasan-bawahan
(top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan kurikulum.
Model administrasi/garis komando memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
Ø
Administrator Pedidikan/ Top Administrative
Officers (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
Ø
Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas
merumuskan rencana umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan
menyaipkan suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah
sekolah.
Ø
Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang
bertugas mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruh komponen
kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum.
Ø
Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi
kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu.
Karena pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan konsep,
inisiatif, dan arahan dari atas kebawah, maka akan membutuhkan waktu
bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal inidisebabkan adanya
tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratifm kita dapat
menandai adanya dua kegiatan didalamnya:[2]
a.
Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b.
Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, midel administratif/
garis-komando membutuhkan kegiatan pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui
berbagai bentuk pelatihan agar dapat melaksanakan kurkulum dengan baik.
- Model
Grass-Roots
Model pengembangan kurikulum ini merupakan lawan/kebalikan dari model
pertama inisiatif dan pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari
bawah. Bisa dikatakan model administratif bersifat top-down (atasan-bawahan),
sedangkan model grass – roots adalah bottom – up (dari bawah keatas). Lebih
lanjut juga bisa diketahui bahwa model pengembangan kurikulum yang pertama
digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan / kurikulum yang bersifat
sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem
pendidikan yang bersipat desentralisasi.
Dalam model pengembangan yang bersifat grass-roots seorang (guru) dapat
mengupayakan pengembangan komponen- komponen kurikulum dapat keseluruhan, dapat
pula sebagian dari keseluruhan komponen kurikulum atau keseluruhan dari seluruh
komponen kurikulum. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah
perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah
yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling
kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
- Model
Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima
memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
- Memutuskan arena pengembangan
kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya
pengembangan.
- Menetapkan personalia, yaitu
siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
- Organisasi dan prosedur pengembangn
kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan
keseluruhandesain kurikulum.
- Implementasi kurikulu, yakni kegiatan
untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang
lingkup pengembangan kurikulum.
- Evaluasi kurikulum.
- Model
arah terbalik Taba
Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang
lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif menjadi
induktif, dengan urutan:
- mengadakan unit-unit eksperimen
bersama guru-guru
- menguji unit eksperimen
- mengadakan refisi dan konsolidasi
- pengembangan keseluruhan kerangka
kurikulum
- implementasi
dan diseminasi
- Model
Rogers
Cari Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia
dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri.
Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers mengemukakan model
pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
- pemilihan satu sistem pendidikan
sasaran
- pengalaman kelompok yang intensif
bagi guru
- pengembangan satu pengalaman kelompok
yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
- Melibatkan orangtua dalam pengalaman
kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana
pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
- Model
Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-rotss, datang dari bawah.
Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya
bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen
kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:[3]
·
Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa
sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan
kurikulum.
·
Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa
guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang
lain yang berbeda dengan yang berlaku.
- The
Systematic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum
meerupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribadian ornang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pols hubungan
pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut
model ini menekankan pada tiga hal: hubungan insani, sekolah dan organisasi
masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan propesional.
Penyusunan kurikulum ini harus memasuka pandangan dan harapan-harapan
masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalha dengan prosedur
action research:
o
Mengadakan kajian secara seksama tentang
masalah-masalh kurikulum, berupa pengumpulan data bersifat menyeluruh, dan
mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengruhi masalah
tersebut.
o
Implementa si dari keputusan yang diambil dalam tindakan
pertama. Tindakan ini segera diikutioleh kegiatan pengumpulan data dan
fakta-fakta
- Emerging
Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai
efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan model-model
kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu
diantaranya:
o
Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
o
Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
o
Suatu model pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan komputer.
Penutup
Dalam pengembangan model kurikulum, sedapat mungkin didasarkan pada
paktor-paktor yamg konstan, sehingga ulasan mengenai model-model yang dibahas
dapat dilakukan secara konsisten. Faktor-fajtor konstan yang dimaksud adalah
dalam pengembangan model kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan
pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambarkan dalam proses
pengembangan tersebut.[4]
Demikianlah pembahasan makalah yang cukup singkat dan sederhana ini semoga
bisa bermanf’at bagi kita semua...Amien
[1] Prof. Dr. Nana syaodih
sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 2001, Remaja Rosdakarya, Bandung,
Hal. 161
[2] Dr, Dimyati, Drs.
Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, 2006, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
Hal. 281
[3]
Prof. Dr. Nana syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 2001, Remaja
Rosdakarya, Bandu, Hal.165
[4] Dr. Abdullah idi, M.Ed, Pengembangan
Kurikulum teori dan Praktek, 2007, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, Hal.154
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment