TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT AL-QUR’AN

Posted by Unknown On Tuesday, 8 November 2011 0 comments


PENDAHULUAN
Masalah pendidikan bukan masalah yang sepele , karena pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dan krusial dalam mendukung dan bahkan dalam mempercepat pembentukan masyarakat madani demokratis berkeadaban yang menjadi salah satu karakter terpenting masyarakat madani Indonesia.[1]  Menurut azyumardi azra, peran pendidikan adalah mempersiapkan anak bangsa, baik secara indipidual maupun sosisal, agar memiliki kemampuan , keterampilan, etos dan motivasi untukberpartisipasi aktif dalam aktualisasi dan institusionalisasi masyarakat madani.[2]
Terlepas dari semua itu, kebanyakan orang tidak sesuai menilai tujuan pendidikan yang ada atau bahkan mungkin tidak mengetahuinya. Dalam peraturan pemerintah republic Indonesia no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bab 2 pasal 4, standar pendidikan nasional bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.[3] Agak berbeda menurut prof.DR. Azyumardi azra, tujuan akhir pendidikan adalah mempersiapkan indipidu anakl didik dan warga masyarakat yang m emiliki kemammpuan untuk mengaktualisasikan, melembagakan dan mengembangkan masyarakat madani Indonesia.[4]
Lantas, bagaimanakah tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an yang menjadi pedoman serta pegangan umat islam dalam kesehariannya?


PEMBAHASAN

#x»yd                                     ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ
“Ini adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al- Imran : 138)
dalam ayat diatas “Ini adalah penernang bagi seluruh manusia” memberi kesan kepada manusia secara umum untuk menerima dari penjelasan tentang ayat-ayat tuhan yang terhampar dibumi, baik yang tampak maupun yang taktampak, sehingga keragu-raguan manusia dalam mempelajari semua kejadian dialam raya dapat ditemukan (terjawab) dan berganti menjadi pemahaman yang sempurna tentang sunatullah.
Pernyataan Allah: “Ini adalah penerang bagi seluruh manusia” juga mengandung makna bahwa allah tidak menjatuhkan sanksi kepada sebelum manusia mengetahui sanksi itu.dia tidak mendadak manusia dengan siksanya, karena ini adalah petunjuk jalan bagi peringatan. “Dan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”  selain untuk manusia secara umum ayat ini juga menunjukan bahwa penerangan yang diberikan tuhan dikhususkan pula untuk orang-orang yang bertaqwa, berfungsi sebagai petunjuk bagi yang memberi bimbingan (masa kini dn akan datang) menuju arah yang benar. Yaitu bagi orang-orang yang bertakwa, sehingga tidak heran diantara mereka ada yang mampu mengambil hikmah, dan pelajaran dari sunatullah yang berlaku dalam masyarakat.[5]
Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Ayat ini berkenaan tentang peristiwa kekalahan diperng uhud sehingga mereka banyak yang merasa lemah dan bersedih padahal semua itu adalah sunatullah dan allah memberikan hiburan kepada mereka dengan kalimat “padahal kamulah orang-orang yang tinggi derajatnya” dan yang menerima derajat yang itu bagi mereka yang tetap beriman kepada allah dn rasulnya.
Ó£JptC ãAqߧ «!$# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/ ( öNßg1ts? $Yè©.â #Y£Úß tbqäótGö6tƒ WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur ( öNèd$yJÅ Îû OÎgÏdqã_ãr ô`ÏiB ̍rOr& ÏŠqàf¡9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßgè=sVtB Îû Ïp1uöq­G9$# 4 ö/àSè=sVtBur Îû È@ŠÅgUM}$# ?íötx. ylt÷zr& ¼çmt«ôÜx© ¼çnuy$t«sù xán=øótGó$$sù 3uqtFó$$sù 4n?tã ¾ÏmÏ%qß Ü=Éf÷èムtí#§9$# xáŠÉóuÏ9 ãNÍkÍ5 u$¤ÿä3ø9$# 3 ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Nåk÷]ÏB ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $JJÏàtã ÇËÒÈ Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Ayat diatas menurut sayid Quthub begitu mengagumkan, Al-Qur’an dalam menggambarkan keadaan orang-orang pilihan, sangatlah indah dalam menggambarkan keadaan dan sifat kelompok terpilih ini, yaitu dengan cuplikan kalimat ”Mereka keras terhadap orang-orang kafir,namun kasih sayang antar mereka” dan cuplikan yang menggambarkan mereka dalam ibadah yaitu “engkau melihat mereka ruku dan sujud” lalu yang menggambarkan hati mereka yaitu dengan kalimat “mencari karunia allah dan keridhoan-Nya” selanjutnya yang menggambarkan dampak serta arah ilahi yang dituju , yaitu “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”
Setiap orang mempunyai potensi berupa kekuatan, namun yang menjadi perbedaan adalah orang saleh akan menggunakan kekuatan dan potensinya dengan tepat, bila dibandingkan dengan potensi yang diberikan kepada orang –orang yang ingkar pada allah itu pasti disalah gunakan. Oleh karena itu sarana-sarana yang berada di dunia ini merupakan ranhmat bagi orang-orang orang-orang yang menggunakannya dengan baik.
Sarana yang ada didunia ini bagi orang saleh akan menjadi hubungan dirinya dengan allah semakin harmonis dan ini ditandai dengan mereka mendirikan shalat, dan juga hubungan mereka dengan sesame manusia semakin baik ini ditandai dengan menunaikan zakat.
Amar ma’ruf dan nahyi munkar dipandang sebagai landasan untuk membangun masyarakat yang aman dan sehat. Orang-orang yang saleh tidak akan menyia-nyiakan pemberian allah berupa kekuatan, kemudian ia mendirikan shalat, membayar zakat serta mengerjakan amar ma’ruf dan nahyi munkar.sebagai mana firman-Nya:

$tBur      tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ 
  (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Pada poin ini (Amar ma’ruf dan nahyi munkar) tentunya  dengan menggunakan kelembutan atau cara yang efektif terhadap sebuah masalah, muingkin kita dapat mengambil contoh ketika Rasulallah Saw suatu ketika didatangi oleh seorang pemuda dan ia berkata “Wahai Rasulallah! Izinkan saya berzina” mendengar permintaan itu orang-orang berteriak dan memprotesnya, tetapi Rasulallah dengan tenang berkata ”mendekatlah kemari anak muda” anak muda itupun mendekat dan duduk dihadapan rasulallah, kemudian rasul berkata dengan lemah lembut “apakah kamu suka jika ibumu dizinahi orang?” anak muda itupun menjawab “tentusaja tidak, semoga kau menjadi tebusanmu!” rasulpun berkata, “ begitu juga , orang lainpun tidak suka jika ibunya diperlakukan seperti itu” kemudian, beliau bertanya lagi kepada pemuda itu: Apakah ia suka kalau anak perempuanya dijinahi orang. Anak muda menjawab “tidak” maka rasulpun mengatakan bahwa orang lainpun tidak suka kalau anak perempuannya dizinahi orang, rasul bertanya lain padanya: bagai mana kalau yang dizinahi saudara perempuanmu? Maka pemuda itu menjawab “tidak” (seraya menyesali dan menyadari jika permintaannya untuk berbuat zina itu salah). Kemudian rasul meletakan tangannya kedada anak muda tadi seraya berdoa untuknya “ya Allah! Sucikanlah hatinya, ampunilah dosanya, dan jagalah agar ia tidak terkena kotoran perbuatan keji” sejak saat itu yang paling dibenci pemuda itu adalah perbuaatan zina.[6]
Dalam pembahasan yang disebutkan diakhir ayat mengatakan: “ Dan kepada allah semua urusan kembali” fase ini berarti karena semua awal kekuatan dan kemenangan adalah dari sisi allah maka akhir segala sesuatu akan kembali juga pada-Nya.
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Disisni menyebutkan kata zin didahulukan dari kata insan karena jin lebih dahulu diciptakan dari pada manusia. Thabathabai memahami huruf lam pada ayat ini diartikan Agar supaya, yakni tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk menyembah –Ku. Beliau berpendapat demikaian karena penciptaan pasti ada tujuan, sehingga kata tujuan atau agar supaya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan itu untuk menyempurnakan apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan atau kekurangannya. Tenti saja hal ini  mustahil bagi allah. Ibadah adalah tujuan dari penciptaan manusia dan kesempurnaan yang kembali kepada penciptaan itu.
Bila kita kaji kembali pembahasan yang panjang diatas dapat kita ambil  kesimpulan, bahwa tujuan dari pendidikan menurut alqur’an yaitu:
  1. mendidik jiwa tauhid agar tumbuh rasa kehambaan ytang tinggai terhadap allah. Ini dibuat dengan membawa manusia berfikir tentang kebesaran allah, kuasa allah, kehebatan allah, kebaikan dan rahmat allah serta nikmatnya.
  2. mendidik hati agar rasa rindu dengan syurga allah, rahmat dan kemampuan allah , bantuan allah dll. Semua itu di lakukan dengan menyebutkan khabar-khabar gembira tentang perkara-perkara tersebut.
  3. mendidik iman dan taqwa dihati
  4. mendidik manusia agar melakukan amal saleh dan berakhlak mulia. Untuk itu al-Qur’an banyak menceritakan sejarah hidup para nabi, rasul dan orang-orang saleh yang patut dijadikan panduan hidup manusia.
  5. mendidik manusia agar menghindari sift-sifat jahat dan agar selamat dari api neraka.
  6. mendidik manusia agar memiliki sikap hidup yang khusus sebagai seorang islam, agar selamat dunia dan akhirat.

PENUTUP
Al-Qur’an meletakan kedudukan manusia sebagai khalifah allah dimuka bumi(al-Baqarah:30) esensi makna khalifah adalah orang yang diberi amanah oleh allah untuk memimpin dan mengelola alam, dalam hal ini manusia bertugas untuk memelihara dan memanfaatkan alam guna mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.
Agar manusia dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah secara maksimal, maka sudah semestinyalah manusia itu memiliki potensi yang menopang untuk terwujudnya jabatan sebagai khalilfah tersebut.


[1] Menuju masyarakat madani, karangan frop. DR. Azyumardi azra, 1999, Bandung, Rosda karya.
[2] Prof. DR. Azyumardi azra, paradigma baru pendidikan nasional, hal xxi
[3] pp-19-2005-standar-nasional-pendidikan.wpd
[4] Op. Cit, hal xxi
[5] M. Qurais Sihab, Tafsir Al- Misbah Jilid 2, hal 225
[6] Allamah Faqih Imani, tafsir nurul Qur’an, jilid 10, hal : 334-335

0 comments:

Post a Comment