HAKIKAT ILMU

Posted by Unknown On Tuesday, 8 November 2011 1 comments





Pendahuluan
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tau yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan dan ilmu namun pengetahuan itu terbatas untuk kelangsungan hidupnya. manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup tapi lebih dari itu.
Pengetahuan pad dasarnya adalah keadaan mental atau mental state. Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu obyek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta atau tidak. Apakah gambaran itu benar atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau jauh dari kebenaran?

Pembahasan
a.       Pengertian
Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti kebenaran sedangkan dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya; sesungguhnya; keadaan yang sebenarnya[1].
Ilmu berasal dari bahasa arab alima, ya’lamu, ilman yang berarti mengetahui, pengetahuan. Jadi hakikat ilmu adalah: mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat ilmu yaitu: realisme dan idealisme, untuk lebih lengkapnya akan kami paparkan dalam pembahasan sebagai berikut

Realisme
Teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam. Ilmu menurut realisme adalah gambaran atau copi yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata (dari fkta atau hakikat). Ilmu yang ada dalam akal adalah copi yang asli yang ada diluar akal. Hal ini tidak ubahnya dengan gambaran yang ada dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa ilmu adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan[2].
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengruh oleh seseorang. Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau ia melihat terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya. namun, mereka faham bahwa ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati.
Alasan-alasan kenapa kita perlu mempelajari realisme:
  1. Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam fikiran. Kesulitan fikiran tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi subjektif. Menurut rasyidi pernyataan itu tidak benar, sebab adanya faktor subjektif bukan berarti menolak faktor obyektif. Misalnya kalau seseorang melihat sebatang pohon, tentu pohon itu memang yang dilihat oleh subjektif. Namun hal ini tidak berarti meniadakan pohon yang mempunyai wujud tersendiri. Begitu juga ketika seseorang berdoa kepada tuhan, bukan berarti tuhan itu terdapat dalam fikiran tetapi tuhan mempunyai wujud tersendiri.
  2. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif. Menurut rasyidi umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai  satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan ahmad sakit? Biasanya kita puas bila kita dijawab karena kuman. Sebenarnya sebab sakit itu banyak karena ada orang yang bersarang kuaman didalam tubuhnya tetapi ia tidak sakit. Dengan demikian penyakit siahmad itu mungkin disebabkan karena keadaan badannya, iklim dan sebagainya. Perinsip semacam ini untuk memahami perasaan yang subjektif tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif.[3]

Idealisme
Ajaran idelisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Ilmu adalah proses-proses mental atau proses sikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu ilmu bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambararan objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai sesuatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu ilmu menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan ilmu(pengetahuan) hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui atau subyek.[4]
Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui sedangkan idealisme adalah sebaliknya, bagi idealisme dunia dan bagian-bagianya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempuanyai hubungan seperti organ tubuh dan bagian-bagiannya. Dunia merupakan suatu kebulatan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik yang sesungguhnya yang sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang sebagai kebulatan logis dengan ma’na  inti yang terdalam.
Sebenarnya realisme dan idelisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Realisme ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik (teori yang hanya ada satu realitas yang pundamental, realitas itu mungkin tuhan, jiwa, materi atau sesuatu yang tidak diketahui oleh manusia[5]) atau dualisme. Seorang pengikut materialisme mengatakan jika demikian halnya, sudah barang tentu dapat juga dikatakan bahwa jiwa adalah materi dan materi adalah jiwa, bahwa jiwa dan materi adalah sepenuhnya sama. Lebih lanjut realisme tidak mementingkan subjek sebagai penilai tetapi hanya mempokuskan pada obyek yang dinilai. Padahal subyek yang menilai yang memiliki peran penting dalam menghubungkan antar obyek dengan ungkapan obyek tersebut. Idealisme terlalu mengutamakan subyek sebagai si penilai dengan merendahkan obyek yang dinilai. Sebab subyek yang dinilai kadang kala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira.

b.       Sumber pengetahuan
¤  Empirisme
kata ini berasal dari yunani empeirikos artinya pengalaman, menurut aliran ini manusia memperoleh ilmu melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan pada pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman indrawi[6]
pengetahuan indrawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indra dan dengan obyek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau makhluk yang menjadi obyeknya. Jadi pengetahuan indrawi berada menurut perbedaan indra dan terbatas pada senbilitas organ-oargan tertentu[7]
¤  Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap obyek.
Akal selain bekerja selain ada bahan dari indra, akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang betul-betul abstrak.
¤  Intuisi
Menurut henry bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting , tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha.[8]
¤  Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh allah kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkannya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

Penutup
Diharapkan dalam perkembangan ilmu yang begitu spektakuler disatu sisi dan nilai nilai moral yang bersifat statis dan unipersal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menuntun ilmu selanjutnya. Sebab tanpa adanya bimbingan moral  terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak semakin mensejahtrakan manusia, teta[i justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka. Ilmu itu tidak ada batasnya sedangkan kemampuan manusia terbatas inilah yang perlu dihayati.
Demikianlah pembahasan hakikat ilmu yang dapat kami sajikan mudah-mudahan mampu menggugah kita untuk terus mencari, bertualang didunia ilmu dan akhirnya memutuskan dengan berpedoman pada moralitas universal, semoga.




[1]  Partanto, pius A, M. Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya
[2], Amsal bakhtiar, filsafat agama, Jakarta Logos, 1997, hal. 38.
[3] Prof. Dr. H. M. Rasyidi, filsafat agama, Jakarta, Bulan bintang, 1994. hal.17
[4] Amtsl bakhtiar, op. cit hal 39
[5] Partanto, pius A, M. Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya
[6] Ahmad tafsir, filsafat, hal 24
[7] Anton bakr, ahmad haris zubair, metodologi penelitian filsafat, Jogjakarta :Kanisius, 1994, Hal.22
[8] Ahmad tafsir, op, cit. Hal.27

1 comments:

Anonymous said...

10 videos in this short video - YouTube
youtube.com › videos-in-this- › videos-in-this- Nov 29, 2019 — Nov 29, 2019 This youtube link to mp3 short video. YouTube has never looked so good.

Post a Comment